Desain Menu Sarapan untuk Atlet Wanita di OKU Selatan

Authors

  • Melati Pratama Politeknik Pariwisata Palembang

DOI:

https://doi.org/10.36983/japm.v8i2.78

Keywords:

breakfast, OKU, women

Abstract

OKU Selatan is one of district in South Sumatra province, that had natural hills and lake which was developed tourism. Some of sport tourism event was done in OKU Selatan, one of them was cycling who followed by women athlets of OKU Selatan mainly. The problems happened was women athelets had bad culture in food selection. They did not pay attention for body fitness, expecially in the morning. Beside that, breakfast gave 25% contribution for nutritional intake. Therefore, it needed breakfast design menu for women athelets in OKU Selatan. Based on research of 5 sample athelets, which done by descriptive kuantitative and kualitative method to age, gender, daily activities of athelets and daily food. The results showed, there were 3 breakfast menu, that design based on energy of women athelets such as 838.12 kkal. The 3 of breakfast contained complete nutritions was needed. There were carbohydrat, protein, fat, vitamin and minerals.   

 

REFERENCES

Adiningsih S, Muniroh L., Nadhiroh SR, Nindya TS, Andrias DR. (2014). Buku panduan praktikum gizi. Surabaya: Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Hanya untuk kalangan sendiri).

Bryantara OF. (2016). Factor yang berhubungan dengan kebugaran jasmani (VO2maks) atlet sepakbola. J Berkala Epidemilogi. 4 (2) : 237-249.

Chairunnisa F. (2017). Analisis tingkat kesukaan dalam susunan menu makanan atlet sepak bola PPLP Sumatera utara. [Skripsi]. Medan (ID): universitas negeri medan.

Drummond KE. (2017). Food Nutrition Based on Diet. Jerman: Oxford.

Gunaidi D. (2010). Gizi atlet lari cepat 100 meter pelajar putra Indonesia. J Ilmiah SPIRIT. 10 (2): 1319-1416.

Hoogendoorn RM, Overeem I, Storms JEA. (2008). Process-response modelling fluviodeltaic stratigraphy. Compuct Geosci. 34:1394-1416.

Institute of Medicine. (2015). Beyond mylagic encephalomyelitis/chronic fatigue syndrome. Washington : the national acedemices press.

Ita S. (2014). Cara menentukan kebutuhan gizi seorang atlet. J Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. 2(1):87-91.

Komariah L. (2016). MODUL 9. Kebutuhan zat gizi dan jumlah kalori yang diperlukan oleh atlet.

Muchtar M, Julia M, Gamayanti IL. (2011). Sarapan dan jajan berhubungan dengan konsentrasi pada remaja. J Gizi Klinik Indonesia. 8(1) : 28-35.

Muniroh L, Hidayah LM. (2017). Hubungan tingkat kecukupan energy, protein dan index masa tubuh (IMT) dengan power atlet beladiri. Media Gizi Indonesia. 12 (1) :34-39.

Mustamin, Kunaepah U, Ayu SD. (2010). Tingkat pengetahuan gizi, asupan dan status gizi di PUSDIKLAT olahraga pelajar Sudiang kota Makassar. Makassar :Media Gizi Pangan.

Purnamawati M, Yuliati LN. (2016). Pengaruh kepribadian dan situasi terhadap pemilihan makanan pada mahasiswa tingkat pertama. Jur Ilm. Kel. & Kos. 9(3) : 231-242.

Surbakti S. (2010). Asupan bahan makanan dan gizi bagi para atlet renang. J Ilmu Keolahragaan. 8(2): 108-122.

Swamilaksita PD, Octaviana R, Ronitowati P. (2018). Hubungan kualitas menu dan preferensi menu dengan status gizi atlet. Jurnal Unsika. 1(1) :127-138.

Walpole RE. (1995). Pengantar Statistika. Jakarta: Erlangga.

Welis W, Rimbawan, Sulaiman A, Riyadi H. (2012). Hubungan hemoglobin, IMT, lemak tubuh dan VO2maks dengan performa lari 5 km. Media Gizi Indonesia. 2(9):1528-1538.

Published

2020-08-25